Terkisah
Aku dan Dia
Biru langit kian memudar, tersertai lembayung
oranye pekat, matahari pun terbenam dan segera berganti dengan bulan, pertanda
akan malam. Saat itu pertama kalinya aku dan dia terkisah, dia yang aku kenal melalui
media membuatku penasaran, dia menceritakan pengalaman bermusik dan musik yang
ada pada dirinya. I love musics more than I can say!
Aku melihat pada sebuah foto miliknya, seorang
!@#$%^&* dengan kacamata tebal bulat
dipakainya membuat dia terlihat lucu dan menggemaskan, tersenyum lebar dengan
mulut yang sedikit terbuka sehingga giginya yang rapi menghiasi senyumnya.
Kemudian foto lainnya memperlihatkan dia sedang bernyanyi diatas panggung. How
very be carried away I am.
Siang malam, siang malam, siang n dan malam n,
apa yang dilakukan? aku dan dia melakukan apa yang setujuan, aku dan dia tak
terelakan tiap harinya berbagi pengetahuan tentang musik, itu membuat aku dan
dia semakin dekat walau sebenarnya jauh seperti langit dan bumi, bisa menatap
panoramanya namun hanya terlihat dari jauh, sangat jauh.
Jarak
tempuh kota A ke B mungkin ratusan kilo meter,
itu masih dapat ditempuh seiring adanya waktu. So, jarak bukanlah
halangan dan pula tak ada halangan bagi aku dan dia.
Aku
dan dia adalah angka, sama sama berangka 1 dan jika di tambah akan menjadi 2,
menunjukan dua orang yang berbeda namun serupa. Aku dan dia sama sama berangka
1 dan jika di tambah akan menjadi 1 karna kita serupa dan perbedaan menjadi
suatu kesempurnaan.
Sangat ingat suaranya yang khas, dia selalu bernyanyi
dialuni petikan gitar, aku mendengarnya
dalam recorder yang dia kirimkan padaku. Suaranya bernyanyi didalam otakku. Aku
ingat saat dia membawakan lagu In Waves by Trivium dan lagu ciptaannya In The
Rain.
Dia pernah bilang padaku “Im looking for someone
like you, who can sing and playing a guitar!” “And I searching it from 4 years
ago, and I found you!”.
Bahagia rasanya, dia memperhatikan ku,
memperingatkan ku, give me some advice dan memberi ku pengajaran. Satu yang
sering dia ucapkan dan selalu ku ingat, “I will never leave you!”.
“But Iam just an ordinary girl!” kata yang
sering aku ucapkan padanya, memang benar, kekurangan menyelimuti diriku seakan
tak mau memperlihatkan sedikit pun apa yang ada di dalamnya, dan aku menyadari
itu.
Rasa
bahagiaku datang sepaket dengan rasa takut, berjuta bahagia, berjuta pula rasa
takutnya. Bahagia karenanya dan takut apa apa akannya. Aku takut dia bosan, aku
takut dia mundur selangkah demi selangkah, aku takut. Ada saatnya dia mulai
bosan dan bosan dan mungkin ada saatnya dia mulai lupa, hingga aku terlupakan.
Aku takut, dan aku harus menyembunyikan rasa takut ku darinya. Im the Pretender
isn’t it?
“Kita
dalam apolo berplat 24 JN 4102, disana ramai dan bising oleh suara gemuruh orang
orang bercengkrama, tak beberapa lama suara itu mulai tipis, tak terdengar, dan
didalam sana lah kita terasa hanya berdua. Tak apa kau menjadi pilot dan aku
menjadi penumpang, yang penting kita berada dalam satu ruangan yang sama dan
menuju satu tujuan, luar angkasa.”
“Hei kau, walaupun kita bergebu ingin bertemu
sama halnya dengan dua magnet yang terpisah tapi saling tarik menarik, namun
tak ada salahnya menggenggam dalam dalam cerita kita di dasar pikiran dan hati,
hingga kedua magnet itu menempel satu sama lain.”
Sedikit
geli terdengar,jika bisa aku ingin kita terus bersama, selamanya? mungkin saja.
Selamanya itu lama, bisa kah kita selamanya? Tuhan tahu jawabannya.
Please leave for comment, impression and criticism also reaction
Tidak ada komentar:
Posting Komentar